Selasa, 16 Desember 2008

MUKA IBU KOTA

Mak, Mungkin di Bungur. Ketika putih tulang
mulai mengeropos dan keringat begitu sengat. Maka,
malam begitu lelap, hanya bulat berbalut senyap.

Bahkan bukan hanya malam yang senyap. Tapi,
cahaya enggan padat merayap. Jingga dalam waktu yang terlelap.

Tapi senyumnya begitu menyiksa. Ketika
anai-anai beraganti riang canda seluruh desa.

Pasti disini dan tetap disini.
Tiang harapan begitu tinggi.
Hingga melampau tiang upacara senin pagi.
Hingga akhir perjamuan suatu pagi menanti dengan pasti.

Juni, 2008

Tidak ada komentar: