Sabtu, 02 Oktober 2010

Perempuan Berzirah

Untuk: Cindy

Seolah,
kekar perempuan perkasa berbaju zirah,
berkalung pedang sedepa di atas pinggangnya.
Diantara ujung2 telapak tangannya,
serat2nya tersimpul doa biru wiru,
tegar di atas kuda

Payah merangkak ketika fajar
berlari kencang menarik kekang ketika berperang
terik, mengirisi karang
ketika senja yang senyap kau meraba tanda baca
mencoba menangis di sepertiga malammu.

Semula,
aku mengenalimu dari lekuk
yang terbaca, hingga kolam
yang membuncah airnya,
seakan ombak yang malu meraba pantainya.

Ah: serupa angsa putih
menghiasi merah sepi senja,
berharmoni tak berpura.

Kudengar ia telah punya sayap yang kekar serupa akar.

Titik. Karena kau­ -- kuncup
yang tersemai oleh titiktitik
hujan yang bermuara pada gerimis
sore yang tak mampu membangkar
kelopak Zirahnya

2010

Distorsi Dilema.

Bukan untuk siapa-siapa???

- Tapak yang terjejak. Merangkak aku pada
detik yang menapak di masa ini.

- Kilap warnanya, hitam awak berupa tanah
semerah darah.

- Sebagian ini yang tergantung di Pelupuk mata
yang mendeham-deham.

- Lihat di ujung-ujung itu terihat ada cerah
dengan air yang berteriak.

- Begitu kelam hitam dan terbenam kusu'
seperti rukuk melihat jalan-jalannya yang belum tertapak.

- Pandangnya Kosong penuh tanda tanya besar?
Atau bahkan memulai menghitung kesadarannya.
Ataukah sudah lantah kemauannya.

- Serupa gelas-gelas yang kosong. Karena,
dilema ini begitu menyiksa dan terus meringkuk di muka


Sidoarjo, 2009

Borok

Lukaku menganga seperti kupukupu.
Segenap perih mengalun dari gelap atas pagi
yang mengawali lanturan bisu.
Karena lanskap ini melebihi tetenger cinta
yang menggaung di dasas SEPI

nb: hati hati di jalan

JUNI 2010